Selasa, 24 September 2013

MEMAHAMI PENGGUNAAN PERALATAN TATA CAHAYA

Secara umum, tata cahaya berfungsi untuk membentuk situasi, menyinari gerak pelaku, dan mempertajam ekspresi demi penciptaan karakter pelaku. Dengan demikian, imajinasi public ke situasi tertentu, yang tragis, yang sublime, yang lepas dari dunia keseharian atau spesifik iluminasi. Hal yang sangat penting bagi cahaya lampu dapat berperan diatas panggung untuk membiarkan penonton dapat melihat dengan enak dan jelas. Apa yang terlihat akan bergantung pada sejumlah penerangan, ukuran objek yang tersorot cahaya, sejumlah cahaya pantulan objek, kontrasnya dengan lataar belakang, dan jarak objek dan pengamatnya. Jika sebuah pementasan lakon disoroti dengan cahaya lampu biasa, maka para pemeran, dan peralatan (properti), dan semua bagian ari scenario akan nampak  datar atau flat, tidak menarik. Disini tidak nampak sinar tajam (high-light), tidak ada bayangan, dan monoton. Agar objek yang terkena cahaya nampak dengan bentuk yang wajar, maka penyebaran sinar harus memiliki tinggi-rendah derajat pencerahan yang memberikan keanekaragaman hasil perbedaan tinggi-rendahnya derajat pencahayaan itu.

  1. A.    MENGENAL PENCAHAYAAN
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya.
Dalam teater,lighting terbagi menjadi dua yaitu:
  1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
  2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsi lighting sebagai unsur artistik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.
Dalam seni pertunjukkan, tata cahaya berada dalam disiplin teknik produksi bersama dengan tata pentas, kriya panggung (stage craft) dan hal hal lain yang bersifat sebagai pendukung visual suatu pagelaran.
Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain:
  1. 1.    Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan.
  2. 2.    Tata letak dan titik focus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik focus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umunya, penempatan lampu dalam pementasan adalah diatas dan dari arah depan panggung, sehingga titik focus tepat berada didaerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titik fokus  yang paling efektif adalah 45º di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah.teori lain mengatakan idealnya, lighting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tata cahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.
  3. 3.    Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
  4. 4.    Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.
  5. 5.    Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham menegnai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.
 Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya”. Dia juga menjadi bagian terpenting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager,dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga hars memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.
Studi utama dari penataan cahaya adalah alam beserta seluruh isinya. Karena penataan cahaya diatas pentas adalah peniruan dari apa yang terjadi di alam raya ini. Dari sumber cahayanya cahaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. 1.    Cahaya Langsung
Cahaya yang berasal dari matahari dengan segala pantulannya.
  1. 2.    Cahaya Tidak Langsung
Cahaya yang berasal dari bulan dengan segala macam pantulannya.

Aplikasi dari sumber pencahayaan alam tersebut diatas pentas menjadi sebagai berikut:
  1. a.    Key Light
Cahaya utama yang berasal dari lampu-lampu type profile, lekolite maupun elipsoidale. Karakter cahayanya tajam dengan pancaran cahaya yang dapat dibuat amat tajam maupun menyebar karena adanya lensa planno convex yang dapat diatur jaraknya dengan sumber cahaya. Biasanya digunakan untuk mencahayai wilayah yang khusus dan pemakaian yang spesial.
  1. b.    Fill Light
Cahaya pengisi yang berasal dari lampu-lampu fresnell dan flood. Karakter cahayanya lembut dan merata dari pusat hingga pinggir, karena sumber cahayanya dipecah oleh lensa sperikel, namun cahayanya dapat diputuskan maupun disebar dengan mengatur jarak lensanya dengan sumber cahayanya. Biasanya digunakan untuk mendapatkan suasana dengan menyiram panggung dengan warna-warna hangat maupun dingin.

  1. B.      DISTRIBUSI CAHAYA
Untuk mencapai hasil yang maksimal tentang system tata cahaya, piñata cahaya harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai system jaringan listrik dan segala aturan keselamatan pemasangan listrik.
Distribusi cahaya menjadi bagian yang penting dalam perencanaan tata cahaya agar seluruh wilayah permainan dapat tercahayai, sehingga perubahan gerak dan ekspresi wajah dapat diamati oleh penonton dengan baik.

Melihat posisinya terhadap pentas, maka pencahayaan dapat dibagi menjadi:
  1. 1.    Front Light
Cahaya yang berasal dari depan pentas yang bertujuan untuk membuat wajah dapat terlihat dari penonton. Jarak sumber cahaya dan objek cukup jauh maka diperlukan profile, likolite, elipsoidale agar cahaya dapat dikendalikan, karena dengan menggunakan shutter cahaya yang menerpa dinding proscenium dapat dihilangkan.
  1. 2.    Over Head
Cahaya yang berasal dari atas kepala pemain dengan tujuan mencahayai area panggung dari atas. Area khusus bagi pemain dengan menjatuhkan cahaya tegak lurus diatas kepala pemain (downlight) meskipun berisiko bohlam menjadi lebih mudah putus oleh panas yang tidak tersalur akibat posisi tersebut. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, type fresnell dan Plano Convex (PC) menjadi pilihan. Namun karena pertimbangan ekonomis PAR CAN Medium menjadi alternative.
  1. 3.    Down Light
Area khusus bagi pemain dengan menjatuhkan cahaya tegak lurus diatas kepala pemain, meskipun berisiko bohlam menjadi putus oleh panas tidak tersalur akibat posisi tersebut.PC, Fresnell dan lekolite menjadi pilihan PAR CAN Very Nerrow dapat menjadi alternatifnya.
  1. 4.    Back Light
Cahaya yang berasal dari belakang pemain yang membuat bagian atas pemain menjadi lebih terang disbanding bagian yang lain, dengan demikian pemain seakan-akan tidak menempel dengan back-drop. Fresnell dan PAR CAN Medium pilihannya.
  1. 5.    Side Light
Cahaya yang berasal dari samping pemain yang berguna mencahayai sisi kiri atau kanan pemain. Cahaya ini amat dibutuhkan untuk karya tari utamanya balet karena banyak gerakan angkat kaki dan lompat.
  1. 6.    Cyclorama
Cahaya yang lembut dari atas (upper horizone) dan dari lantai panggung (lower horizone) yang berfungsi memberikan cakrawala dan perubahan-perubahan suasana. Flood dan Striplight dengan berbagai variasinya menjadi pilihan.


  1. C.    MENGENAL PERALATAN TATA CAHAYA
Berikut adalah beberapa contoh peralatan tata cahaya:
  1. 1.    PAR 64 (Parabolic Aluminized Reflector 64)
-          Berisi bohlam PAR dengan kapasitas 1.000 Watt
-          Bohlam PAR sendiri terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu CP 60 (very narrow spot), dan CP 62 (flood)
-          Penggunaan macam bohlam PAR ini biasanya ditentukan dari posisi peletakan dan keperluan dari acara tersebut.
-          Terbuat dari alumunium
-          Terdiri dari 2 warna, yaitu hitam dan silver
-          Dilengkapi dengan filter frame
-          Biasanya disertakan juga warna dari filter tersebut
  1. 2.    Flood halogen/CYC
-          Berisi bohlam halogen dengan kapasitas 1.000 Watt
-          Biasanya digunakan untuk menerangi area panggung atau area audience
  1. 3.    Fresnell
-          Berisi bohlam fresnell dengan kapasitas 1.000 Watt atau 2.000 Watt
-          Penggunaan lampu jenis ini sebagai lampu netral dan biasanya dipakaiuntuk keperluan studio TV, yang membutuhkan kejernihan hasil gambar yang dihasilkan oleh kamera video.

Contoh Effect Lights
Salah satu komponen dari peralatan tata cahaya yang akhir-akhir ini sering dipergunakan adalah lampu efek yang terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu scanner dan moving light. Sama seperti peralatan tata cahaya yang lain, berbagai merek lampu efek dapat kita jumpai di pasaran. Kapasitas bohlam biasanya lebih bervariasi, seperti mulai dari kapasitas 250 Watt, 575 Watt, 1200 Watt, bahkan yang terbaru ada yang berkapasitas 1.500 Watt dan 2.000 Watt.
Peralatan ini dikendalikan secara otomatis melalui computer atau lighting console.
  1. 1.    Scanners
-          Gerakan vertical: ± 230º
-          Gerakan horizontal: ± 75º
-          Alat ini mempunyai gerakan yang cepat karena reflector berupa cermin dan sekaligus memiliki kelemahan yaitu jangkauan area yang terbatas.
  1. 2.    Moving lights
-          Gerakan vertical: ± 540º
-          Gerakan horizontal: ± 267º
-          Lampu ini terdiri  2 (dua) jenis, yaitu moving light wash dan moving light profile/spot
-          Memiliki beberapa fasilitas yang lebih lengkap dari pada scanner, misal pada fungsi iris, zoom atau frost.
-          gerakan alat ini relative lebih lambat dari pada scanner tetapi memiliki jangkauan area yang lebih luas.
  1. 3.    Smoke machine
-          Efek asap yang dipergunakan untuk memperjelas garis-garis sianar yang dipancarkan oleh lampu PAR dan lampu efek.
-          Dapat dikendalikan secara otomatis melalui program computer atau lighting console, atau manual.
  1. 4.    Follow spot
-          Alat ini dipergunakan untuk menyorot penampil yang ada dipanggung seperti MC, bntang tamu atau seseorang yang special dalam acara tersebut.
-          Kapasitas bohlam beragam, mulai dari 575 Watt hingga 5000 Watt. Demikian juga dengan jenis bohlam.
-          Dikendalikan secara manual.
  1. 5.    City light color/wash
-          Salah satu peralatan yang cukup sering dipergunakan adalah city light color/wash.
-          Dipakai untuk membuat nuansa warna pada suatu area area acara. Sering difungsikan sebagai alternatif pengganti lampu PAR.
-          Kapasitas bohlam 2.500 Watt
-          Dikendalikan secara otomatis melalui computer atau lighting console.
  1. 6.    Mirror ball
-          Berupa bulatan bola yang ditempeli dengan ratusan kaca.
-          Tidak menghasilkan sinar tetapi bissa mereflesikan sinar.
-          Nama keren yang sering diucapkan adalah “bola disko”.


  1. D.    ISTILAH-ISTILAH  DALAM  TATA CAHAYA
 Beberapa istilah yang sering digunakan dalam tata cahaya:
  1. Lampu: sumber cahaya, ada bermacam-macamtipe, sepertipar 38, spot, follow light, focus light, dan lain-lain.
  2. Holder: dudukan lampu.
  3. Kabel: penghantar listrik.
  4. Dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
  5. Main light: cahaya yang berfungsi untukmenerangi panggung secara keseluruhan.
  6. Foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
  7. Wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
  8. Front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
  9. Backlight: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan dipanggung bagian belakang.
    1. Silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop
    2. Upper light: lampu untuk menerangi bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat diatas panggung.
    3. Tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring),tang,gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
    4. Seri light: lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri (1 channel 1 lampu).
    5. Parallel light: lampu yang diinstalasi secara parallel. (1 channel beberapa lampu).
Secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tata cahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, anda harus banyak belajar dan mencoba (trialand eror).

Minggu, 22 September 2013

Lirik Lagu Diamonds - Rihanna Lyrics


Lirik Lagu Diamonds - Rihanna Lyrics

Shine bright like a diamond

Find light in the beautiful sea
I choose to be happy
You and I, you and I
We’re like diamonds in the sky

You’re a shooting star I see
A vision of ecstasy
When you hold me, I’m alive
We’re like diamonds in the sky

I knew that we’d become one right away
A right away
At first sight I left the energy of sun rays
I saw the life inside your, eyes

So shine bright, tonight you and I
We’re like beautiful diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We’re like beautiful diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond

So shine bright, tonight you and I
We’re like beautiful diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We’re like beautiful diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Palms rise to the universe
As we moonshine and molly
Feel de warmth we’ll never die
We’re like diamonds in the sky

You’re a shooting star I see
A vision of ecstasy
When you hold me, I’m alive
We’re like diamonds in the sky

At first sight I felt the energy of un rays
I saw the inside your eyes
Eye to eye, so alive
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky
Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond

Lirik_Cobalah Mengerti Feat Momo Geisha

Aku takkan pernah berhentiAkan terus memahami, masih terus berfikirBila harus memaksa atau berdarah untukmuApapun itu asal kau mencoba menerimaku

Dan kamu hanya perlu terimaDan tak harus memahami, dan tak harus berfikirHanya perlu mengerti aku bernafas untukmuJadi tetaplah di sini dan mulai menerimaku

Cobalah mengerti semua ini mencari artiSelamanya takkan berhentiInginkan rasakan rindu ini menjadi satuBiar waktu yang memisahkan

Dan kamu hanya perlu terimaDan tak harus memahami, dan tak harus berfikirHanya perlu mengerti aku bernafas untukmuJadi tetaplah di sini dan mulai menerimaku

Cobalah mengerti semua ini mencari artiSelamanya takkan berhentiInginkan rasakan rindu ini menjadi satuBiar waktu yang memisahkan

Cobalah mengerti semua ini mencari artiSelamanya takkan berhentiInginkan rasakan rindu ini menjadi satuBiar waktu yang memisahkan

Cobalah mengerti semua ini mencari artiSelamanya takkan berhenti, selamanya takkan berhenti

My Friends




My Photos




Senin, 16 September 2013

Puisi



BIDADARI TANPA SAYAP
Puisi Siti Halimah

Kelembutan hatinya membuatku terpana. . .
Melihat kehindahan Rembulan,
Sama seperti melihat keindahan wajahnya.

Sungguh kuat dia menghadapi ini semua. . .
Menghadapi keaadaannya yg begitu nyata.
Merasakan penderitaannya sendirian.
Dan mengukur penderitaan diatas mimpi . . .

Walau dia hanya Bidadari tanpa sayap,
Tapi kelembutan hatinyalah yang membuatku merasa seperti.....
Berada di atas awan.

DIRIMU YANG SATU
Puisi Dwi Melindawati

Andai kau tahu
Apa isi hatiku ini ?
Apa yang ku rasakan saat ini ?

Jika kau bisa merasakan
Ku mohon... balas rasa ini !
Ku mohon ungkapkan rasa yang ada di hati mu !

Andai kau  tahu...
Hanya dirimulah yang ada di hati..
Hanya nama mu yang terukir di jiwa ..
Hanya wajah mu yag ada di bayangan ku...

Dirimu yang satu ...
Telah menebar cinta di hatiku
Telah membagi rasa indah di hati
Walau hanya aku yang merasakan

Cinta itu timbul ...
Saat ku lihat dirimu
Dan tiba-tiba saja rasa itu timbul
Di hati ku.......karna hanya dirimu di hati ...

MELUKIS CINTA
Puisi Metana Azka

Dapatkah aku melukis cinta untukmu?
Mengguratkan sejuta warna
yang bisa membuatmu indah..

Dapatkah aku melukis cinta untukmu?
Seperti notasi mimpi kupu-kupu
bersayap biru,
Terbang bersama menuju negeri pelangi..

Dapatkah aku melukis cinta untukmu?
Mengisyaratkan lelahku di jalan resah!

(Jogja, 2008)

SELEMBAR PUISI UNTUK KEKASIH
Puisi Triana

Terpaku dalam kegundahan hati
Terasa tak dapat ku lawan dengan jari-jari
Tiada lagi tempat hari yang terasa ada
Hanya lelah
Lelah yang ku rasa……………

Andaikan waktu itu tak terjadi
Mungkin hatiku takan remuk seperti ini
Langkahku terhenti dalam kelamnya malam
Mataku terhalang jurang yang dalam
Pendengaranku sayup-sayup tak menentu
Hatiku terombang ambing dalam ombak kemarahan
Ragaku tak berkuasa untuk berfungsi
Mungkin tiada lagi yang dapat terjadi saat ini
Semangatku lemah hatiku susah
Teringat malam itu yang menyakitkan
Inikah kehidupan?

Kurasa semua bukan seperti ini
Mungkin masih ada titik terang
Yang akan menyinari kegelapan hati
Memberi pujian untuk diri sendiri
Meredamkan semua yang ada saat ini
Hingga aku dapat kembali ke kehidupan yang indah ini

AKU MOHON DENGAN SANGAT KEPADAMU
Oleh Siamsyu

Kembalilah wahai sayangku
Kembali padaku
Cintailah aku setulus hatimu
Karena aku tak bisa hidup tanpamu
Dan bila suatu saat nanti

Aku pergi
Bukan karena aku menyerah
Namun ku pergi karena waktu
Dan ruang yang memisahkan kita
Apabila itu terjadi
Maafkanlah bila aku
Tiada lagi disisimu

Karena kita terpisah ruang dan waktu
Bila saja waktu memihakku
Sejak dari awal sejal terakhir ku bertemu denganmu
Harusnya ku bilang sayang
Ku bilang cinta
Karena semua itu milikmu

Kemudian
Tetaplah jalani mimpimu
Meski saat itu nanti tak bersamaku
Karena bagiku
Bahagiamu damaikan hatiku. . .

RASA CINTAKU
Oleh Suci Novitasari

Kau tiba-tiba hadir dan isi hatiku yang kosong...
Hanya kau yang ada dipikiranku sekarang...
Aku tak tau bagaimana caramu mengisi hatiku...
Engkau sungguh membuatku tak mengerti...
Rasanya hatiku jadi tak menentu...
Untukku kau sangat berharga...
Lihatlah diriku ini yang berjuang untuk cintamu...

Aku sangat mencintaimu
Namun kau tak pernah sadari itu
Walau perih hati ini...
Aku disini kan selalu setia menantimu...
Rasakanlah cintaku ini begitu besar untukmu...

TERINGAT DIRIMU SELAMANYA
Oleh Eggady Peterson

Dalam luang waktu ku coba lupakan
Sejenak memendam kisah lama yang silam
Melihat pelangi yang kini t'lah kelam
Gelap gulita dan sunyi mencekam

Nampak hadirmu dalam ingatan
Terlihat jelas tapi menyakitkan
Walau terasa kau ku dambakan
Membuat aku dalam kesepian

Meski kau ku cinta tapi tak sebaliknya
Kau yang ku puja takkan terlupa
Seringkali kau nampak senangkan
Dan tak jarang kau juga menyakitkan

Kerinduan ini membuatku gila
Kehilangan dirimu sebuah luka
Berangan aku tuk selamanya
Hingga mati pun slalu bersama

Dan mungkin seandainya nanti
Mentari tak bersinar lagi
Kau tetap dan s'lalu disisi
Menemaniku dalam indahnya surgawi

Eros kerja

ASPEK-ASPEK ETOS KERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Oleh : Satria Hadi Lubis (Widyaiswara Madya STAN)

Isu tentang pentingnya meningkatkan etos (etika) kerja pada organisasi pemerintah dan swasta semakin mencuat akhir-akhir ini. Hal itu disebabkan semakin disadarinya pentingnya pemahaman etos kerja sebagai solusi untuk memecahkan masalah, terutama yang terkait dengan moral hazard di tempat kerja.
Artikel ini mencoba untuk menjawab apa yang dimaksud tentang etos kerja, aspek dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terwujudnya etos kerja di sebuah organisasi.
Pengertian Etos Kerja

Menurut K. Bertens (1994), secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tempat hidup”. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah ethikos yang berarti “teori kehidupan”, yang kemudian menjadi “etika”.
Dalam bahasa Inggris, etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain starting point, to appear, disposition hingga disimpulkan sebagai character. Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai “sifat dasar”, “pemunculan” atau “disposisi (watak)”.
Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person, group or institution. Etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi.
Sedangkan dalam The American Heritage Dictionary of English Language, etos diartikan dalam dua pemaknaan, yaitu:
  1. The disposition, character, or attitude peculiar to a specific people, culture or a group that distinguishes it from other peoples or group, fundamental values or spirit, mores. Disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang mendasari, adat-istiadat.
  2. The governing or central principles in a movement, work of art, mode of expression, or the like. Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni, bentuk ekspresi, atau sejenisnya.
Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara mendasar mempengaruhi kehidupan, menjadi prinsip-prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang sama.
Menurut Anoraga (2009), etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Menurut Sinamo (2005), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi budaya kerja.
Sinamo (2005) juga memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

Aspek-Aspek Etos (Etika) Kerja

Menurut Sinamo (2005), setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi kerja yang positif, kreatif dan produktif.
Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo (2005)  menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dikonstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sansekerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu:
  1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior.
  2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.
  3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.
  4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.
Keempat darma ini kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja sebagai berikut:
  1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.
  2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
  3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!”. Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.
  4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat. Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk termenung tanpa pekerjaan.
  5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.
  6. Kerja adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan perasaan senang seperti halnya melakukan hobi. Sinamo mencontohkan Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
  7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita. Sinamo mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
  8. Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.
Anoraga (2009) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya mendasari seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai berikut:
1.   Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia.
2.   Bekerja adalah suatu berkat Tuhan.
3.   Bekerja merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral.
4.   Bekerja merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti.
5.   Bekerja merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam tulisannya, Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa etos kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki dua alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
1.   Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia,
2.   Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia,
3.   Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia,
4.   Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
5.   Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya (Kusnan, 2004), yaitu :
1.   Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
2.   Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
3.   Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,
4.   Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
5.   Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
Dari berbagai aspek yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki etos kerja tinggi akan terus berusaha untuk memperbaiki dirinya, sehingga nilai pekerjaannya bukan hanya bersifat produktif materialistik tapi juga melibatkan kepuasaan spiritualitas dan emosional.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos (etika) kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
  1. Agama
Dasar pengkajian kembali makna etos kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max Weber.Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu rasionalitas (rationality) menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian, kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan atau modernisasi.
Weber memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisiplin tinggi, bekerja tekun sistematik, berorientasi sukses (material), tidak mengumbar kesenangan --namun hemat dan bersahaja (asketik), dan suka menabung serta berinvestasi, yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern.
Sejak Weber menelurkan karya tulis The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958), berbagai studi tentang etos kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu dengan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas (Sinamo, 2005).
  1. Budaya
Luthans (2006) mengatakan bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya. Kemudian etos budaya ini secara operasional juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.
  1. Sosial politik
Menurut Siagian (1995), tinggi atau rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
  1. Kondisi lingkungan (geografis)
Siagian(1995)  juga menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.
  1. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi (Bertens, 1994).
  1. Motivasi intrinsik individu
Anoraga (2009) mengatakan bahwa individu memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi suatu motivasi kerja, yang mempengaruhi juga etos kerja seseorang.
Menurut Herzberg (dalam Siagian, 1995), motivasi yang sesungguhnya bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam (terinternalisasi) dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik. Ia membagi faktor pendorong manusia untuk melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor hygiene merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak ada, yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah timbulnya motivasi, tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik, yang termasuk diantaranya yaitu gaji, status, keamanan kerja, kondisi kerja, kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan kerja, dan supervisi. Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi, tentunya organisasi tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa faktor hygiene tidak menjadi penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi ekstrinsik.
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya, yang mana ketiadaannya bukan berarti ketidakpuasan, tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai manusia. Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi pencapaian sukses (achievement), pengakuan (recognition), kemungkinan untuk meningkat dalam karier (advancement), tanggungjawab (responsibility), kemungkinan berkembang (growth possibilities), dan pekerjaan itu sendiri (the work itself). Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja dan menggerakkan pegawai hingga mencapai performa yang tertinggi.
Dengan memahami apa itu etos kerja, serta aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan etos kerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya diharapkan sebuah organisasi (termasuk organisasi Kementerian Keuangan) akan meningkat produktifitas dan profesionalitas kerjanya.
Indonesia sangat membutuhkan peningkatan etos kerja di semua lini organisasi pemerintahan dan swasta, sehingga di masa depan dapat terwujud bangsa Indonesia yang maju dan disegani masyarakat internasional.
 

Senin, 09 September 2013

Conditional Sentence



First, Second,
& Third Conditional

Top of Form
Bottom of Form
This analysis of conditional verb forms was written by Rob De Decker, who teaches English at a Flemish grammar school (equivalent to an American high school) in Schellebelle, Belgium. It is used here with his permission.
Conditional Clause and Main Clause
If I have enough money,
conditional clause    
I will go to Japan.
    main clause
I will go to Japan,
main clause    
if I have enough money
    conditional clause
First, Second, and Third Conditional
1. First conditional:
If I have enough money, I will go to Japan.
2. Second conditional:
If I had enough money, I would go to Japan.
3. Third conditional:
If I had had enough money, I would have gone to Japan.

Conditional clause
Main clause
1. If + Present Tense
will + inf / present tense / imperative
  1. If you help me with the dishes (if + pres),
    I will help you with your homework. (will + inf)
  2. If the sum of the digits of a number is divisible by three,
    the number is divisible by three (Pres. tense)
  3. If you see Mr Fox tonight, tell him I am ill. (imperative).
2. If + Past Tense
would + inf
3. If + Past Perfect Tense
would have + past participle
We do not normally use will or would in the conditional clause,
only in the main clause.
Uses of the Conditional
  1. First conditional
    1. Nature: Open condition, what is said in the condition is possible.
    2. Time: This condition refers either to present or to future time.
      e.g. If he is late, we will have to go without him.
      If my mother knows about this, we are in serious trouble.

  1. Second conditional
    1. Nature: unreal (impossible) or improbable situations.
    2. Time: present; the TENSE is past, but we are talking about the present, now.
      e.g. If I knew her name, I would tell you.
      If I were you, I would tell my father.
      Compare: If I become president, I will change the social security system. (Said by a presidential candidate)
      If I became president, I would change the social security system. (Said by a schoolboy: improbable)
      If we win this match, we are qualified for the semifinals.
      If I won a million pounds, I would stop teaching. (improbable)

  1. Third conditional
    1. Nature: unreal
    2. Time: Past (so we are talking about a situation that was not so in the past.)
      e.g. If you had warned me, I would not have told your father about that party.(But you didn't, and I have).
Remember!
1. The conditional construction does not normally use will or would in if-clauses. EXCEPTION: If will or would express willingness, as in requests, they can be used in if-clauses.
e.g. If you will come this way, the manager will see you now.
I would be grateful if you would give me a little help.
(= ± please, come this way; please, give me...)
2. For the second conditional, were replaces was:
If I were a rich man...
3. After if, we can either use "some(-one, -where...)" or "any(-one, -where...).
If I have some spare time next weekend....or :
If I have any spare time...
4. Instead of if not, we can use unless.
e.g. I'll be back tomorrow unless there is a plane strike.
He'll accept the job unless the salary is too low.
5.There is a "mixed type" as well, for the present results of an unreal condition in the past:
If + Past Perfect - would + inf.
If you had warned me [then], I would not be in prison [now].