Macam-Macam Kiamat
1. Kiamat Sugra
Kiamat
sugra adalah kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan semua mahluk
yang bernyawa dalam skala kecil, contohnya kematian. Setiap manusia
pasti akan mengalami kematian sebagaimana firman Allah swt.
Artinya: "tiap-tiap yang bernyawa
pasti akan mengalami kematian dan sesungguhnya pahala kamu akan
disempurnakan pada hari kiamat." (QS Ali Imran: 185)
Kemudian dalam frman-Nya yang lain
menyatakan sebagai berikut.
Artinya: "Semua yang ada di bumi itu
akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan." (QS Ar Rahman: 26-27)
Apabila
kita perhatikan ayat-ayat tersebut, maka semua makhluk, termasuk
manusia akan mengalami kebinasaan. Hal yang harus kita sadari adalah
bahwa tidak akan ada satu makhluk pun yang lolos dari kematian. Kematian
tidak mengenal usia, tua, rnuda, anakanak, dewasa, sehat maupun sakit.
Apabila telah sampai ajal, tidak ada yang bisa mengundurkan ataupun
memajukannya. Sebagaimana firman Allah swt.
Artinya: "Tiap-tiap
umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya, mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sedikitpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya." (QS Al Araf: 34)
Manusia
yang mengalami kematian (kiamat sugra) sebelum datangnya hari akhir
akan berada di alam barzakh. Alam barzakh adalah suatu tempat di antara
dunia dan akhirat sebagai tempat berkumpulnya semua manusia yang telah
meninggal dunia.
2. Kiamat Wusta
Kiamat
wusta adalah kiamat pertengahan yang peristiwanya secara kolektif dan
lokal mengakibatkan banyak korban, balk jiwa inaupun harta, misalnya
bencana gunung meletus, banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, dan lain
sebagainya. Kiamat wusta merupakan peringatan Allah swt. kepada umat
manusia yang sudah mulai lalai dan banyak melupakan Allah swt. Bahkan,
kiamat wusta lebih dekat kepada azab Allah swt. yang ditimpakan kepada
suatu umat atau kelompok manusia yang kerap kali melupakan dan melanggar
aturan-aturan Allah swt. Firman Allah swt.
Artinya: "Tetapi
mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi
(pohonpohon) yang berbuah pahit pohon atsl dan sedikit dari pohon
sidr." (QS Saba: 16)
Kemudian Rasulullah
saw bersabda yang maknanya adalah "Diriwayatkan
dari Ibnu Umar ra., Rasulullah saw. pernah bersabda, "Seandainya Allah
menurunkan azab kepada suatu bangsa, maka azab itu akan menimpa semuanya
tanpa pandang bulu dan kemudian Dia akan membangkitkan kembali mereka
dan mengadili mereka sesuai dengan perbuatannya. "
Dari
kedua dalil naqli tersebut, akan terjadi pula kiamat wusta
(pertengahan) yang bertujuan untuk memberi peringatan agar tnanusia mau
menyadari perbuatannya yang melanggar aturan-aturan Allah swt. dan
meinbuat mereka kembali kepada jalan yang benar. Firman Allah swt.
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿41﴾
Artinya: "Telah
tampak keusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan
manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS Ar
Rum: 41)
RISALAH
Ada
banyak hadis yang menyatakan bahwa Imam Mahdi akan datang di akhir
zaman dan sebagian besar pada ulama menyatakannya sebagai hadis
mutawatir. Iman Mahdi adalah pembimbing keselamatan pada akhir zaman.
Istilahnya berakar dari kata yada-yahdi yang berarti membimbing atau
memberi petunjuk. Keyakinan ini berakar kuat di kalangan muslim, baik
Suni (Ahlusunah wal jamaah) maupun Syiah.
3. Kiaina Kabra
Kiamat
kubra adalah peristiwa yang amat besar. karena pada saat itu dengan
qudrat dan iradat-Nya, alam semesta beserta isinya akan hancur lebur,
Kiamat kubra merupakan rahasia Allah swt. dan akan datang secara
tiba-tiba. Allah swt. berfirman:
Artinya: "Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya kegoncangizn pada
hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang amat besar (dahsyat). "
(QS Al Hajj: 1)
Dalam
sebuah hadis dikisahkan bahwa Malaikat Jibril berdialog dengan
Rasulallah. saw. yang isinya tentang waktu terjadinya kiamat sebagai
berikut.
قاَلَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَاالْمَسْئُوْلُ
عَنْهَابِاَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ (رواه البخارى)
Artinya: "Wahai
Muhammad, kapankah akan terjadinya kiamat?" Rasulullah menjcawab,
"Orang yang berta.nya lebih tahu daripada orang yang ditanya." (HR
Bukhari)
Kemudian dalam firman Allah dinyatakan
sebagai berikut.
Artinya: "Dan
bahwasanya saat kiamat itu pasti datang dan akan Aku rahasiakan untuk
memberi pembalasan kepada setiap diri menurut apa yang telah
diusahakannya." (QS Taha: 15) .
Dari
dalil-dalil naqli di atas, kiamat kubra pasti akan terjadi dan
merupakan peristiwa yang amat dahsyat, terjadi secara tiba-tiba, dan
menjadi rahasia Allah swt.
PENTINGNYA IMAN KEPADA HARI AKHIR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRILAKU MANUSIA
PENTINGNYA IMAN KEPADA HARI AKHIR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRILAKU
MANUSIA
Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
Iman kepada hari Akhir merupakan salah satu rukun dari rukun iman, dan salah satu ‘aqidah dari ‘aqidah Islam yang pokok, karena masalah kebang-kitan di negeri akhirat merupakan landasan berdirinya ‘aqidah setelah masalah keesaan Allah Ta’ala.
Iman kepada segala hal yang terjadi pada hari Akhir dan tanda-tandanya merupakan keimanan terhadap hal ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, dan tidak ada jalan untuk mengetahuinya kecuali dengan nash melalui wahyu.
Karena pentingnya hari yang agung ini, kita dapati (di dalam al-Qur-an) bahwa Allah Ta’ala seringkali menghubungkan iman kepada-Nya dengan iman kepada hari Akhir, sebagaimana Allah berfirman:
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian....” [Al-Baqarah: 177]
Juga seperti firman-Nya:
ذَٰلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“... Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir....” [Ath-Thalaaq: 2]
Dan masih banyak ayat yang lainnya.
Jarang sekali Anda membuka lembaran-lembaran al-Qur-an kecuali Anda akan dapati padanya pembicaraan tentang hari Akhir dan apa yang ada di dalamnya berupa pahala dan siksa.
Kehidupan menurut pandangan Islam bukanlah sekedar kehidupan di dunia yang sangat pendek dan terbatas, bukan pula sebatas umur manusia yang sangat pendek.
Sesungguhnya kehidupan menurut pandangan Islam sangatlah panjang, berlanjut sampai tidak ada batasnya. Tempatnya pun berlanjut menuju tempat yang lain di dalam Surga yang luasnya seluas langit dan bumi atau di dalam Neraka yang semakin meluas karena banyaknya generasi yang menghuni bumi selama berabad-abad.[1]
Allah Ta’ala berfirman:
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya....” [Al-Hadiid: 21]
Dan Allah berfirman:
يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ
“(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahan-nam, ‘Apakah kamu sudah penuh?’ Dia menjawab, ‘Masih ada tambahan?’” [Qaaf: 30]
Sesungguhnya beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan beriman ke-pada apa yang ada di dalamnya berupa pahala dan siksaan adalah sesuatu yang benar-benar mengarahkan prilaku manusia kepada jalan yang benar. Tidak ada satu undang-undang pun yang dibuat manusia, mampu menjadikan prilaku manusia lurus dan istiqamah sebagaimana yang dihasilkan oleh iman kepada hari Akhir.
Oleh karenanya, ada perbedaan yang sangat nampak antara prilaku orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, dia mengetahui bahwasanya dunia adalah ladang bagi kehidupan akhirat, juga mengetahui bahwasanya amal shalih adalah bekal hari Akhir, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala:
زَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“... Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa....” [Al-Baqarah: 197]
Juga sebagaimana dikatakan oleh seorang Sahabat yang mulia ‘Umair bin Humam Radhiyallahu anhu [2] :
رَكْضًا إِلَى اللهِ بِغَـيْرِ زَادٍ إِلاَّ التُّقَى وَعَمَلِ الْـمَعَادِ
وَالصَّبْرِ فيِ اللهِ عَلَى الْجِهَادِ وَكُلُّ زَادٍ عُرْضَةُ النَّفَـادِ
غَيْـرَ التُّقَى وَالْبِرِِّ وَالرَّشَادِ
Berlari (menghadap) Allah tanpa bekal
kecuali ketakwaan dan amal untuk hari Akhir.
Juga kesabaran dalam berjuang di jalan Allah,
Dan setiap bekal pasti akan hancur.
Kecuali ketakwaan, kebaikan dan petunjuk. [3]
Terdapat perbedaan antara prilaku orang yang keadaannya seperti itu dengan prilaku orang yang tidak beriman kepada Allah, hari Akhir dan apa yang ada di dalamnya berupa pahala dan siksaan. “Maka orang yang membenarkan adanya hari Akhir akan beramal dengan melihat timbangan langit bukan dengan timbangan bumi, dan dengan perhitungan akhirat bukan dengan perhitungan dunia.” [4] Dia memiliki prilaku yang istimewa di dalam kehidupannya, kita bisa menyaksikan keistiqamahan di dalam dirinya, luasnya pandangan, kuatnya keimanan, keteguhan di dalam segala cobaan, kesabaran di dalam setiap musibah, dengan mengharap pahala dan ganjaran, serta yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal.
Al-Imam Muslim رحمه الله meriwayatkan dari Shuhaib z, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
‘Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, semua urusannya adalah baik (baginya), hal itu tidak akan didapatkan kecuali oleh orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur maka hal itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia tertimpa musibah, dia bersabar maka hal itu adalah kebaikan baginya.’” [5]
Manfaat seorang muslim tidak terbatas hanya untuk manusia saja, akan tetapi dirasakan pula oleh hewan, sebagaimana ungkapan yang sangat terkenal dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu :
لَوْ عَثَرَتْ بَغْلَةٌ فِي الْعِرَاقِ، لَظَنَنْتُ أَنَّ اللهَ سَيَسْأَلُنِيْ عَنْهَا: لِمَ لَمْ تُسَوِّ لَهَا الطَّرِيْقَ يَا عُمُرَ؟
“Seandainya ada seekor keledai terjatuh di Irak, sungguh aku yakin bahwa Allah akan bertanya kepadaku (di hari Kiamat) tentangnya, ‘Kenapa engkau tidak membuatkan jalan untuknya wahai ‘Umar?’” [6]
Perasaan seperti ini adalah buah dari keimanan kepada Allah dan hari Akhir, perasaan beratnya beban dan besarnya amanah yang dipikul manusia. Di mana langit, bumi, dan gunung merasa iba untuk menerimanya, karena dia tahu bahwa segala hal; baik yang kecil atau yang besar akan dimintai pertanggungjawaban, akan diperhitungkan dan akan dibalas. Jika baik maka baik pula balasannya, jika jelek maka jelek pula balasannya:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh...” [Ali ‘Imran: 30]
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, ‘Aduhai celaka kami, Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabb-mu tidak menganiaya seorang pun juga.” [Al-Kahfi: 49]
Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir serta apa yang ada di dalamnya, baik perhitungan maupun pembalasan, maka dia akan selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan segala keinginannya dalam kehidupan dunia, terengah-engah di belakang perhiasannya, rakus dalam mengumpulkannya, dan sangat pelit jika orang lain ingin mendapatkan kebaikan melaluinya. Dia telah menjadikan dunia sebagai tujuannya yang paling besar, dan puncak dari ilmunya (pengetahuannya). Dia mengukur setiap perkara dengan kemaslahatannya semata, tidak mempedulikan orang lain dan tidak pernah melirik sesamanya kecuali dalam batasan-batasan yang dapat mewujudkan manfaat bagi dirinya pada kehidupan yang pendek dan terbatas ini. Dia bergerak dengan menjadikan bumi dan umur sebagai batasannya saja. Oleh karena itu, sistem perhitungan dan pertimbangannya pun berubah-ubah dan akan berakhir dengan hasil yang salah [7]; karena dia menganggap bahwa hari Kebangkitan itu tidak mungkin terjadi:
بَلْ يُرِيدُ الْإِنسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ
“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus. Ia berkata, ‘Bilakah hari Kiamat itu?’” [Al-Qiyaamah: 5-6]
Inilah cara pandang Jahiliyyah, terbatas dan sangat sempit. Cara pandang ini telah menjadikan mereka berani melakukan pembunuhan, merampas harta, dan merampok. Hal ini disebabkan karena mereka tidak beriman kepada hari Kebangkitan dan hari Pembalasan, sebagaimana yang digambarkan Allah Ta’ala tentang keadaan mereka dalam firman-Nya:
وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
“Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), ‘Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan.’” [Al-An’aam: 29]
Persis seperti ungkapan mereka, “Ia (kehidupan) hanyalah rahim-rahim yang melahirkan dan bumi yang menelan.”
Masa terus berlalu, dan datanglah suatu keanehan, maka pengingkaran terjadi semakin besar. Kita dapat menyaksikan pengingkaran yang menyeluruh terhadap sesuatu yang ada di belakang materi yang dirasakan panca indera, sebagaimana dinyatakan oleh kaum komunis marxis (atheis) yang mengingkari adanya pencipta, tidak beriman kepada Allah dan tidak mengimani adanya hari Akhir. Faham ini mengatakan bahwa kehidupan hanyalah materi belaka! Tidak ada hal lain di belakang materi yang bisa dirasakan ini; karena pemimpin mereka (Marxis) berpendapat tidak adanya tuhan! Dan kehidupan hanya sebatas materi! Oleh karena itu, keberadaan mereka bagaikan hewan; tidak bisa memahami makna kehidupan dan tujuan mereka diciptakan, bahkan mereka tersesat lagi binasa. Jika mereka bersatu pun, maka sebenarnya mereka berada di bawah bayangan rasa takut dari kekuasaan hukum.
Anda dapati golongan manusia seperti ini masuk ke dalam golongan manusia yang sangat rakus terhadap kehidupan dunia, karena mereka tidak mengimani adanya kebangkitan setelah kematian. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala ketika mensifati orang-orang musyrik dari kalangan Yahudi dan yang lainnya:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak (rakus) terhadap kehidupan (di dunia), bahkan (lebih rakus lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [Al-Baqarah: 96]
Orang musyrik tidak mengharapkan adanya kebangkitan setelah kematian. Dia menginginkan kehidupan dunia yang terus-menerus, sementara orang Yahudi mengetahui segala kehinaan yang akan mereka dapatkan di akhirat, disebabkan apa yang mereka perbuat terhadap ilmu yang mereka ketahui [8]. Manusia seperti ini dan yang serupa dengannya adalah manusia yang paling buruk. Sehingga Anda akan dapati sesuatu yang menyebar di kalangan mereka berupa keserakahan, ketamakan, memaksa rakyat dan menjadikannya budak, dan mengambil kekayaan mereka karena kerakusan untuk menikmati kehidupan dunia. Karena itulah nampak dari mereka hilangnya akhlak, dan prilaku yang seperti hewan.
Jika mereka memandang kehidupan dunia, bertambahlah rasa lelah dan rasa sakit atas apa yang mereka harapkan dari kenikmatannya yang segera. Sementara tidak ada satu pun penghalang yang bisa menahan mereka dari kematian, karena mereka tidak yakin sama sekali akan adanya pertanggungjawaban di akhirat dan mereka tidak memiliki beban apa pun untuk mengakhiri kehidupannya.
Karena itulah Islam sangat memperhatikannya. Terdapat penekanan dalam al-Qur-an tentang keimanan terhadap hari Akhir, dan penetapan adanya kebangkitan, hisab serta balasan. Allah mengingkari sikap mereka yang menganggap bahwa hari Akhir itu mustahil, dan Dia memerintahkan Nabi-Nya agar bersumpah bahwa hal ini adalah haq (benar):
قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“... Katakanlah (Muhammad), ‘Memang, demi Rabb-ku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” [At-Taghaabun: 7]
Dan Allah menyebutkan keadaan hari Kiamat, pahala yang dijanjikan bagi para hamba-Nya yang bertakwa, juga siksa yang diancamkan kepada orang-orang yang melakukan kemaksiatan. Dia mengarahkan pandangan orang-orang yang mengingkarinya kepada bukti-bukti kebenarannya agar keraguan hati terhadapnya benar-benar hilang dan menjadikan hati mereka yakin tentang hari Kiamat dan kengeriannya yang menggetarkan badan. Hal itu agar prilaku mereka dalam kehidupan ini menjadi lurus dengan mengikuti agama yang haq yang dibawa oleh Rasul mereka Shallallahu 'alaihi wa sallam. Berikut ini beberapa bukti kebenaran tersebut.
1.Penciptaan yang Pertama
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sem-purna kejadiannya dan yang tidak sempurna....” [Al-Hajj: 5]
Barangsiapa sanggup menciptakan manusia dalam beberapa tahapan, niscaya tidak akan menyulitkan dia untuk menghidupkannya kembali (setelah mati), bahkan menghidupkan kembali lebih mudah daripada memulainya menurut hukum akal, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَن يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
“Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa pada kejadiannya; ia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?’ Katakanlah, ‘Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” [Yaasiin: 78-79]
2. Bukti-Bukti Alam yang Bisa Dirasakan Menunjukkan Adanya Hari Kebangkitan
Allah Ta’ala berfirman:
وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَأَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
“... Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang haq dan sesungguhnya Dia-lah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari Kiamat itu pastilah datang, tidak ada ke-raguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” [Al-Hajj: 5-7]
Menghidupkan tanah yang telah mati dengan hujan dan munculnya tumbuh-tumbuhan di atasnya merupakan bukti kekuasaan al-Khaliq k untuk menghidupkan yang telah mati dan adanya hari Kiamat.
3. Kebesaran dan Keagungan Kekuasaan Allah dalam Menciptakan Makhluk-Nya yang Besar
Allah Ta’ala berfirman:
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَن يَخْلُقَ مِثْلَهُم ۚ بَلَىٰ وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
“Bukankah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa men-ciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” [Yaasiin: 81-82]
Maka, Pencipta langit dan bumi dengan segala kebesaran keduanya sanggup untuk mengembalikan penciptaan manusia yang kecil, sebagaimana diungkap dalam firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ghaafir: 57]
4. Hikmah Allah Ta’ala yang Nampak Jelas oleh Mata dalam Seluruh Ciptaan-Nya bagi Orang yang Diberikan Kenikmatan Memandang dan Berfikir yang Lepas dari Sikap Fanatik juga (Mengikuti) Hawa Nafsu
Allah Yang Mahabijaksana tidak akan pernah membiarkan manusia dalam keadaan sia-sia. Tidak juga menciptakan mereka main-main, tanpa perintah, larangan juga tanpa balasan atas amal yang mereka lakukan.
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, raja yang sebenarnya...” [Al-Mu’-minuun: 115-116]
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [Ad-Dukhaan: 38-39]
Maka jelaslah bahwa orang yang mengarahkan pandangannya pada keajaiban-keajaiban penciptaan ini, mentadabburi (mengamati) keteraturan yang ada di dalamnya, dan (meyakini) segala sesuatu diciptakan dengan ukurannya masing-masing dan dengan tujuan tertentu serta waktu yang membatasi dalam mewujudkan tujuan ini. Jika seperti itu keadaannya berarti ia berjalan di atas jalan (manhaj) yang dikehendaki oleh Allah kepadanya.
Sesungguhnya pengamatan pada alam yang menakjubkan ini bisa memperlihatkan kepada kita -selain luasnya ilmu Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya- hikmah-Nya yang sangat tinggi, sehingga Allah tidak akan membiarkan manusia yang kuat berlaku zhalim kepada yang lemah di antara mereka tanpa ada ancaman/balasan, dan tidak membiarkan orang-orang yang berpaling dari jalan yang benar tanpa ada balasan yang pantas mereka dapatkan di belakang kehidupan ini. Demikian pula orang-orang yang telah mengkhususkan ke-sungguhan mereka dengan tidak menahan usahanya dalam beramal mencari keridhaan Rabb mereka. Allah tidak akan biarkan mereka tanpa mendapat keutamaan dari-Nya dan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka di hari Akhir atas apa yang mereka ketahui bahwa segala harta yang mereka korbankan, dan kesulitan yang mereka pikul di kehidupan dunia mereka hanya merupakan sesuatu yang sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan pahala juga kenikmatan Surga yang tidak pernah dipandang mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di dalam hati manusia.
Sesungguhnya jika manusia menghayati Sunnatullah di alam ini, juga keagungan hikmah-Nya, perhatian-Nya yang besar terhadap manusia dan kemuliaan yang diberikan kepadanya, niscaya hal itu akan mendorong mereka untuk beriman kepada hari Akhir. Maka saat itu rasa egois tidak akan betah di wajahnya yang penuh kebencian, tidak akan rakus dalam mencari kehidupan dunia, bahkan ia akan selalu saling membantu dalam ketakwaan dan kebaikan.
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
[1]. Lihat kitab al-Yaumul Aakhir fi Zhilaalil Qur-aan (hal. 3-4) yang disusun oleh Ahmad Fa-iz, Mathba’ah Khalid Hasan ath-Tharabisyi, cet. I th. 1395 H.
[2]. ‘Umair bin Humam bin al-Jamuh bin Zaid al-Anshari Radhiyallahu anhu. Beliau gugur pada perang Badar, dan dialah yang melemparkan beberapa biji kurma ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قُومُوا إِلَـى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ.وَقَالَ: بَخٍ بَخٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ بَخٍ بَخٍ؟ قَالَ: لاَ وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ إِلاَّ رَجَاءَةَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا. قَالَ: فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا. فَقَالَ: لَئِنْ أَنَا حَيِيْتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ، إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيْلَةٌ. ثُمَّ رَمَى بِهَا وَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ.
“Bersegeralah kalian menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” Dia (Umair) berkata, “Bakhin, bakhin (ungkapan yang digunakan untuk mengagungkan sesuatu,-penj.).” Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang mendorongmu untuk mengatakan bakhin, bakhin?” Dia menjawab, “Demi Allah wahai Rasulullah, tidak (ada yang mendorongku) kecuali harapan (semoga) aku menjadi penghuninya.” Rasul berkata, “Sesungguhnya engkau termasuk penghuninya.” Dia berkata, “Jika aku masih hidup sampai aku memakan kurma-kurma ini, maka sungguh ia adalah kehidupan yang pan-jang.” Kemudian dia melemparkan kurma-kurmanya dan berperang hingga akhirnya dia gugur.”
Lihat Shahiih Muslim kitab al-Amaaraat bab Tsubuutul Jannah lisy Syahiid (XIII/ 45-46, Syarah an-Nawawi) dan Tajriidu Asmaa-ish Shahaabah (I/422), karya Imam adz-Dzahabi, cet. Darul Ma’rifah, Beirut. Dan Fiq-hus Siirah (hal. 243-244), karya Syaikh Muhammad al-Ghazali, tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Hassan, disebarluaskan oleh Darul Kutub al-Haditsah, cet. VII th. 1976 M.
[3]. Fiq-hus Siirah (hal. 244), karya al-Ghazali.
[4]. Al-Yaumul Aakhir fii Zhilaalil Qur-aan (hal. 20).
[5]. HR. Muslim, kitab az-Zuhd, bab fii Ahaadiits Mutafarriqah (XVIII/125, Syarh an-Nawawi).
[6]. HR. Abu Nu’aim dengan lafazh:
لَوْ مَاتَتْ شَاةٌ عَلَى شَطِّ الْفُرَاتِ ضَائِعَةً، لَظَنَنْتُ أَنَّ اللهَ سَائِلِيْ عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Seandainya seekor kambing mati di tepi sungai Furat karena tersesat, aku yakin bahwa Allah akan bertanya kepadaku tentangnya pada hari Kiamat.” Hilyatul Auliyaa’ wa Thabaqaatul Ashfiyaa' (I/53), cet. Darul Kutub al-‘Arabi.
[7]. Lihat kitab al-Yaumul Aakhir fi Zhilaalil Qur-aan (hal. 20).
[8]. Lihat Tafsiir Ibni Katsir (I/184), tahqiq ‘Abdul ‘Aziz Ghanim dan dua temannya, cet. asy-Sya’bi - Kairo.
Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
Iman kepada hari Akhir merupakan salah satu rukun dari rukun iman, dan salah satu ‘aqidah dari ‘aqidah Islam yang pokok, karena masalah kebang-kitan di negeri akhirat merupakan landasan berdirinya ‘aqidah setelah masalah keesaan Allah Ta’ala.
Iman kepada segala hal yang terjadi pada hari Akhir dan tanda-tandanya merupakan keimanan terhadap hal ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, dan tidak ada jalan untuk mengetahuinya kecuali dengan nash melalui wahyu.
Karena pentingnya hari yang agung ini, kita dapati (di dalam al-Qur-an) bahwa Allah Ta’ala seringkali menghubungkan iman kepada-Nya dengan iman kepada hari Akhir, sebagaimana Allah berfirman:
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian....” [Al-Baqarah: 177]
Juga seperti firman-Nya:
ذَٰلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“... Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir....” [Ath-Thalaaq: 2]
Dan masih banyak ayat yang lainnya.
Jarang sekali Anda membuka lembaran-lembaran al-Qur-an kecuali Anda akan dapati padanya pembicaraan tentang hari Akhir dan apa yang ada di dalamnya berupa pahala dan siksa.
Kehidupan menurut pandangan Islam bukanlah sekedar kehidupan di dunia yang sangat pendek dan terbatas, bukan pula sebatas umur manusia yang sangat pendek.
Sesungguhnya kehidupan menurut pandangan Islam sangatlah panjang, berlanjut sampai tidak ada batasnya. Tempatnya pun berlanjut menuju tempat yang lain di dalam Surga yang luasnya seluas langit dan bumi atau di dalam Neraka yang semakin meluas karena banyaknya generasi yang menghuni bumi selama berabad-abad.[1]
Allah Ta’ala berfirman:
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya....” [Al-Hadiid: 21]
Dan Allah berfirman:
يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ
“(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahan-nam, ‘Apakah kamu sudah penuh?’ Dia menjawab, ‘Masih ada tambahan?’” [Qaaf: 30]
Sesungguhnya beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan beriman ke-pada apa yang ada di dalamnya berupa pahala dan siksaan adalah sesuatu yang benar-benar mengarahkan prilaku manusia kepada jalan yang benar. Tidak ada satu undang-undang pun yang dibuat manusia, mampu menjadikan prilaku manusia lurus dan istiqamah sebagaimana yang dihasilkan oleh iman kepada hari Akhir.
Oleh karenanya, ada perbedaan yang sangat nampak antara prilaku orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, dia mengetahui bahwasanya dunia adalah ladang bagi kehidupan akhirat, juga mengetahui bahwasanya amal shalih adalah bekal hari Akhir, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala:
زَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“... Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa....” [Al-Baqarah: 197]
Juga sebagaimana dikatakan oleh seorang Sahabat yang mulia ‘Umair bin Humam Radhiyallahu anhu [2] :
رَكْضًا إِلَى اللهِ بِغَـيْرِ زَادٍ إِلاَّ التُّقَى وَعَمَلِ الْـمَعَادِ
وَالصَّبْرِ فيِ اللهِ عَلَى الْجِهَادِ وَكُلُّ زَادٍ عُرْضَةُ النَّفَـادِ
غَيْـرَ التُّقَى وَالْبِرِِّ وَالرَّشَادِ
Berlari (menghadap) Allah tanpa bekal
kecuali ketakwaan dan amal untuk hari Akhir.
Juga kesabaran dalam berjuang di jalan Allah,
Dan setiap bekal pasti akan hancur.
Kecuali ketakwaan, kebaikan dan petunjuk. [3]
Terdapat perbedaan antara prilaku orang yang keadaannya seperti itu dengan prilaku orang yang tidak beriman kepada Allah, hari Akhir dan apa yang ada di dalamnya berupa pahala dan siksaan. “Maka orang yang membenarkan adanya hari Akhir akan beramal dengan melihat timbangan langit bukan dengan timbangan bumi, dan dengan perhitungan akhirat bukan dengan perhitungan dunia.” [4] Dia memiliki prilaku yang istimewa di dalam kehidupannya, kita bisa menyaksikan keistiqamahan di dalam dirinya, luasnya pandangan, kuatnya keimanan, keteguhan di dalam segala cobaan, kesabaran di dalam setiap musibah, dengan mengharap pahala dan ganjaran, serta yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal.
Al-Imam Muslim رحمه الله meriwayatkan dari Shuhaib z, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
‘Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, semua urusannya adalah baik (baginya), hal itu tidak akan didapatkan kecuali oleh orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur maka hal itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia tertimpa musibah, dia bersabar maka hal itu adalah kebaikan baginya.’” [5]
Manfaat seorang muslim tidak terbatas hanya untuk manusia saja, akan tetapi dirasakan pula oleh hewan, sebagaimana ungkapan yang sangat terkenal dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu :
لَوْ عَثَرَتْ بَغْلَةٌ فِي الْعِرَاقِ، لَظَنَنْتُ أَنَّ اللهَ سَيَسْأَلُنِيْ عَنْهَا: لِمَ لَمْ تُسَوِّ لَهَا الطَّرِيْقَ يَا عُمُرَ؟
“Seandainya ada seekor keledai terjatuh di Irak, sungguh aku yakin bahwa Allah akan bertanya kepadaku (di hari Kiamat) tentangnya, ‘Kenapa engkau tidak membuatkan jalan untuknya wahai ‘Umar?’” [6]
Perasaan seperti ini adalah buah dari keimanan kepada Allah dan hari Akhir, perasaan beratnya beban dan besarnya amanah yang dipikul manusia. Di mana langit, bumi, dan gunung merasa iba untuk menerimanya, karena dia tahu bahwa segala hal; baik yang kecil atau yang besar akan dimintai pertanggungjawaban, akan diperhitungkan dan akan dibalas. Jika baik maka baik pula balasannya, jika jelek maka jelek pula balasannya:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh...” [Ali ‘Imran: 30]
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, ‘Aduhai celaka kami, Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabb-mu tidak menganiaya seorang pun juga.” [Al-Kahfi: 49]
Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir serta apa yang ada di dalamnya, baik perhitungan maupun pembalasan, maka dia akan selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan segala keinginannya dalam kehidupan dunia, terengah-engah di belakang perhiasannya, rakus dalam mengumpulkannya, dan sangat pelit jika orang lain ingin mendapatkan kebaikan melaluinya. Dia telah menjadikan dunia sebagai tujuannya yang paling besar, dan puncak dari ilmunya (pengetahuannya). Dia mengukur setiap perkara dengan kemaslahatannya semata, tidak mempedulikan orang lain dan tidak pernah melirik sesamanya kecuali dalam batasan-batasan yang dapat mewujudkan manfaat bagi dirinya pada kehidupan yang pendek dan terbatas ini. Dia bergerak dengan menjadikan bumi dan umur sebagai batasannya saja. Oleh karena itu, sistem perhitungan dan pertimbangannya pun berubah-ubah dan akan berakhir dengan hasil yang salah [7]; karena dia menganggap bahwa hari Kebangkitan itu tidak mungkin terjadi:
بَلْ يُرِيدُ الْإِنسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ
“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus. Ia berkata, ‘Bilakah hari Kiamat itu?’” [Al-Qiyaamah: 5-6]
Inilah cara pandang Jahiliyyah, terbatas dan sangat sempit. Cara pandang ini telah menjadikan mereka berani melakukan pembunuhan, merampas harta, dan merampok. Hal ini disebabkan karena mereka tidak beriman kepada hari Kebangkitan dan hari Pembalasan, sebagaimana yang digambarkan Allah Ta’ala tentang keadaan mereka dalam firman-Nya:
وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
“Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), ‘Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan.’” [Al-An’aam: 29]
Persis seperti ungkapan mereka, “Ia (kehidupan) hanyalah rahim-rahim yang melahirkan dan bumi yang menelan.”
Masa terus berlalu, dan datanglah suatu keanehan, maka pengingkaran terjadi semakin besar. Kita dapat menyaksikan pengingkaran yang menyeluruh terhadap sesuatu yang ada di belakang materi yang dirasakan panca indera, sebagaimana dinyatakan oleh kaum komunis marxis (atheis) yang mengingkari adanya pencipta, tidak beriman kepada Allah dan tidak mengimani adanya hari Akhir. Faham ini mengatakan bahwa kehidupan hanyalah materi belaka! Tidak ada hal lain di belakang materi yang bisa dirasakan ini; karena pemimpin mereka (Marxis) berpendapat tidak adanya tuhan! Dan kehidupan hanya sebatas materi! Oleh karena itu, keberadaan mereka bagaikan hewan; tidak bisa memahami makna kehidupan dan tujuan mereka diciptakan, bahkan mereka tersesat lagi binasa. Jika mereka bersatu pun, maka sebenarnya mereka berada di bawah bayangan rasa takut dari kekuasaan hukum.
Anda dapati golongan manusia seperti ini masuk ke dalam golongan manusia yang sangat rakus terhadap kehidupan dunia, karena mereka tidak mengimani adanya kebangkitan setelah kematian. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala ketika mensifati orang-orang musyrik dari kalangan Yahudi dan yang lainnya:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak (rakus) terhadap kehidupan (di dunia), bahkan (lebih rakus lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [Al-Baqarah: 96]
Orang musyrik tidak mengharapkan adanya kebangkitan setelah kematian. Dia menginginkan kehidupan dunia yang terus-menerus, sementara orang Yahudi mengetahui segala kehinaan yang akan mereka dapatkan di akhirat, disebabkan apa yang mereka perbuat terhadap ilmu yang mereka ketahui [8]. Manusia seperti ini dan yang serupa dengannya adalah manusia yang paling buruk. Sehingga Anda akan dapati sesuatu yang menyebar di kalangan mereka berupa keserakahan, ketamakan, memaksa rakyat dan menjadikannya budak, dan mengambil kekayaan mereka karena kerakusan untuk menikmati kehidupan dunia. Karena itulah nampak dari mereka hilangnya akhlak, dan prilaku yang seperti hewan.
Jika mereka memandang kehidupan dunia, bertambahlah rasa lelah dan rasa sakit atas apa yang mereka harapkan dari kenikmatannya yang segera. Sementara tidak ada satu pun penghalang yang bisa menahan mereka dari kematian, karena mereka tidak yakin sama sekali akan adanya pertanggungjawaban di akhirat dan mereka tidak memiliki beban apa pun untuk mengakhiri kehidupannya.
Karena itulah Islam sangat memperhatikannya. Terdapat penekanan dalam al-Qur-an tentang keimanan terhadap hari Akhir, dan penetapan adanya kebangkitan, hisab serta balasan. Allah mengingkari sikap mereka yang menganggap bahwa hari Akhir itu mustahil, dan Dia memerintahkan Nabi-Nya agar bersumpah bahwa hal ini adalah haq (benar):
قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“... Katakanlah (Muhammad), ‘Memang, demi Rabb-ku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” [At-Taghaabun: 7]
Dan Allah menyebutkan keadaan hari Kiamat, pahala yang dijanjikan bagi para hamba-Nya yang bertakwa, juga siksa yang diancamkan kepada orang-orang yang melakukan kemaksiatan. Dia mengarahkan pandangan orang-orang yang mengingkarinya kepada bukti-bukti kebenarannya agar keraguan hati terhadapnya benar-benar hilang dan menjadikan hati mereka yakin tentang hari Kiamat dan kengeriannya yang menggetarkan badan. Hal itu agar prilaku mereka dalam kehidupan ini menjadi lurus dengan mengikuti agama yang haq yang dibawa oleh Rasul mereka Shallallahu 'alaihi wa sallam. Berikut ini beberapa bukti kebenaran tersebut.
1.Penciptaan yang Pertama
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sem-purna kejadiannya dan yang tidak sempurna....” [Al-Hajj: 5]
Barangsiapa sanggup menciptakan manusia dalam beberapa tahapan, niscaya tidak akan menyulitkan dia untuk menghidupkannya kembali (setelah mati), bahkan menghidupkan kembali lebih mudah daripada memulainya menurut hukum akal, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَن يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
“Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa pada kejadiannya; ia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?’ Katakanlah, ‘Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” [Yaasiin: 78-79]
2. Bukti-Bukti Alam yang Bisa Dirasakan Menunjukkan Adanya Hari Kebangkitan
Allah Ta’ala berfirman:
وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَأَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
“... Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang haq dan sesungguhnya Dia-lah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari Kiamat itu pastilah datang, tidak ada ke-raguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” [Al-Hajj: 5-7]
Menghidupkan tanah yang telah mati dengan hujan dan munculnya tumbuh-tumbuhan di atasnya merupakan bukti kekuasaan al-Khaliq k untuk menghidupkan yang telah mati dan adanya hari Kiamat.
3. Kebesaran dan Keagungan Kekuasaan Allah dalam Menciptakan Makhluk-Nya yang Besar
Allah Ta’ala berfirman:
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَن يَخْلُقَ مِثْلَهُم ۚ بَلَىٰ وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
“Bukankah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa men-ciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” [Yaasiin: 81-82]
Maka, Pencipta langit dan bumi dengan segala kebesaran keduanya sanggup untuk mengembalikan penciptaan manusia yang kecil, sebagaimana diungkap dalam firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ghaafir: 57]
4. Hikmah Allah Ta’ala yang Nampak Jelas oleh Mata dalam Seluruh Ciptaan-Nya bagi Orang yang Diberikan Kenikmatan Memandang dan Berfikir yang Lepas dari Sikap Fanatik juga (Mengikuti) Hawa Nafsu
Allah Yang Mahabijaksana tidak akan pernah membiarkan manusia dalam keadaan sia-sia. Tidak juga menciptakan mereka main-main, tanpa perintah, larangan juga tanpa balasan atas amal yang mereka lakukan.
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, raja yang sebenarnya...” [Al-Mu’-minuun: 115-116]
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [Ad-Dukhaan: 38-39]
Maka jelaslah bahwa orang yang mengarahkan pandangannya pada keajaiban-keajaiban penciptaan ini, mentadabburi (mengamati) keteraturan yang ada di dalamnya, dan (meyakini) segala sesuatu diciptakan dengan ukurannya masing-masing dan dengan tujuan tertentu serta waktu yang membatasi dalam mewujudkan tujuan ini. Jika seperti itu keadaannya berarti ia berjalan di atas jalan (manhaj) yang dikehendaki oleh Allah kepadanya.
Sesungguhnya pengamatan pada alam yang menakjubkan ini bisa memperlihatkan kepada kita -selain luasnya ilmu Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya- hikmah-Nya yang sangat tinggi, sehingga Allah tidak akan membiarkan manusia yang kuat berlaku zhalim kepada yang lemah di antara mereka tanpa ada ancaman/balasan, dan tidak membiarkan orang-orang yang berpaling dari jalan yang benar tanpa ada balasan yang pantas mereka dapatkan di belakang kehidupan ini. Demikian pula orang-orang yang telah mengkhususkan ke-sungguhan mereka dengan tidak menahan usahanya dalam beramal mencari keridhaan Rabb mereka. Allah tidak akan biarkan mereka tanpa mendapat keutamaan dari-Nya dan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka di hari Akhir atas apa yang mereka ketahui bahwa segala harta yang mereka korbankan, dan kesulitan yang mereka pikul di kehidupan dunia mereka hanya merupakan sesuatu yang sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan pahala juga kenikmatan Surga yang tidak pernah dipandang mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di dalam hati manusia.
Sesungguhnya jika manusia menghayati Sunnatullah di alam ini, juga keagungan hikmah-Nya, perhatian-Nya yang besar terhadap manusia dan kemuliaan yang diberikan kepadanya, niscaya hal itu akan mendorong mereka untuk beriman kepada hari Akhir. Maka saat itu rasa egois tidak akan betah di wajahnya yang penuh kebencian, tidak akan rakus dalam mencari kehidupan dunia, bahkan ia akan selalu saling membantu dalam ketakwaan dan kebaikan.
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
[1]. Lihat kitab al-Yaumul Aakhir fi Zhilaalil Qur-aan (hal. 3-4) yang disusun oleh Ahmad Fa-iz, Mathba’ah Khalid Hasan ath-Tharabisyi, cet. I th. 1395 H.
[2]. ‘Umair bin Humam bin al-Jamuh bin Zaid al-Anshari Radhiyallahu anhu. Beliau gugur pada perang Badar, dan dialah yang melemparkan beberapa biji kurma ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قُومُوا إِلَـى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ.وَقَالَ: بَخٍ بَخٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ بَخٍ بَخٍ؟ قَالَ: لاَ وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ إِلاَّ رَجَاءَةَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا. قَالَ: فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا. فَقَالَ: لَئِنْ أَنَا حَيِيْتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ، إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيْلَةٌ. ثُمَّ رَمَى بِهَا وَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ.
“Bersegeralah kalian menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” Dia (Umair) berkata, “Bakhin, bakhin (ungkapan yang digunakan untuk mengagungkan sesuatu,-penj.).” Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang mendorongmu untuk mengatakan bakhin, bakhin?” Dia menjawab, “Demi Allah wahai Rasulullah, tidak (ada yang mendorongku) kecuali harapan (semoga) aku menjadi penghuninya.” Rasul berkata, “Sesungguhnya engkau termasuk penghuninya.” Dia berkata, “Jika aku masih hidup sampai aku memakan kurma-kurma ini, maka sungguh ia adalah kehidupan yang pan-jang.” Kemudian dia melemparkan kurma-kurmanya dan berperang hingga akhirnya dia gugur.”
Lihat Shahiih Muslim kitab al-Amaaraat bab Tsubuutul Jannah lisy Syahiid (XIII/ 45-46, Syarah an-Nawawi) dan Tajriidu Asmaa-ish Shahaabah (I/422), karya Imam adz-Dzahabi, cet. Darul Ma’rifah, Beirut. Dan Fiq-hus Siirah (hal. 243-244), karya Syaikh Muhammad al-Ghazali, tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Hassan, disebarluaskan oleh Darul Kutub al-Haditsah, cet. VII th. 1976 M.
[3]. Fiq-hus Siirah (hal. 244), karya al-Ghazali.
[4]. Al-Yaumul Aakhir fii Zhilaalil Qur-aan (hal. 20).
[5]. HR. Muslim, kitab az-Zuhd, bab fii Ahaadiits Mutafarriqah (XVIII/125, Syarh an-Nawawi).
[6]. HR. Abu Nu’aim dengan lafazh:
لَوْ مَاتَتْ شَاةٌ عَلَى شَطِّ الْفُرَاتِ ضَائِعَةً، لَظَنَنْتُ أَنَّ اللهَ سَائِلِيْ عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Seandainya seekor kambing mati di tepi sungai Furat karena tersesat, aku yakin bahwa Allah akan bertanya kepadaku tentangnya pada hari Kiamat.” Hilyatul Auliyaa’ wa Thabaqaatul Ashfiyaa' (I/53), cet. Darul Kutub al-‘Arabi.
[7]. Lihat kitab al-Yaumul Aakhir fi Zhilaalil Qur-aan (hal. 20).
[8]. Lihat Tafsiir Ibni Katsir (I/184), tahqiq ‘Abdul ‘Aziz Ghanim dan dua temannya, cet. asy-Sya’bi - Kairo.
Kejadian-kejadian Yang Berhubungan Dengan Hari Akhir
Peristiwa-peristiwa yang akan dialami oleh manusia di
hari akhir adalah sebagai berikut.
1. Alam
Barzakh (Yaumul Barzakh)
Barzakh,
saecara bahasa berarti dinding atau pembatas. Adapun menurut istilah
baszakh adalah alam atau tempat bersemayam roh manusia yang sudah mati
sebelum datangnya hari kiamat. Juga disebut alam kubur.
Kondisi manusia di alam ini sangat tergantung pada amalnya di dunia.
Bagi yang amalnya baik akan merasakan kenikmatan di alam ini, demikian
juga bagi yang amalnya buruk, ia akan mendapatkan siksaan di alam ini.
Adapun kejadian-kejadian yang akn dialami manusia di
alam kubur antara alain :
1. Pertanyaan
dari Malaikat Munkar dan Nakir
2. Setiap manusia yang mati
akan diperiksa amalnya oleh Malaikat Munkar dan Nakir mengenai keimanan
dan amal perbuatannnya.
3. Nikmat dan siksa kubur
4.
Setelah manusia diperisa tentang amal perbuatannya di dunia maka bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan beramal sleh akan
mendapatkan nikmat yang besar di kubur, Sebaliknya orang yang selalu
berbuat keburukan ia akan dihantui kecemasan tentang kehicupannya yang
akan datangkarena di alam kubur mereka telah mencicipi tentang siksa di
neraka kelak. Rasulullah SAW bersabda : “Diriwayatkan dari Ibnu Umar
r.a katanya : Rasulullah SAW bersabda: Apabila seseorang meninggal
dunia, kepadanya akan diperlihatkan tempatnya setiap pagi dan petang,
sekiranya dia ahli surga, akan diperlihatkan kepdanya surga. Sekiranya
dia dari kalangan ahli neraka, akan diperlihatkan kepadanya neraka.
Diberi tahu kepadanya : Inilah tempatmu sehingga kamu dibangkitkan oleh
Allah pada hari kiamat.”(HR. Bukhari Muslim)
- Yaumul Ba’as (Hari Kebangkitan)
Allah
SWT telah menggambarkan dalam Al-Qur’an bahwa kiamat itu terjadi pada
saat Malaikat Israfil Meniup sasangkala yang pertama, kemudian beberapa
waktu kemudian dia akan meniupkan sasangkala itu untuk kedua kalinya.
Saat ditiup sasangkala kedua itulah manusia dibangkitkan kembali dari
alam kubur. Inilah yang disebut dengan Yaumul Ba’as (hari kebangkitan),
Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Surah Yaasin : 51 yang artinya : “Dan
ditiuplah sasangkala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari
kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka”.(QS. Yaasin : 51)
Manusia dibangkitkan dalam keadaan yang berbeda-beda, sesuai dengan amal
perbuatannya ketika berada di dunia. Disinilah
akan tampak jelas keadaan manusia tanpa bisa ditutp-tutupi sedikit pun.
Allah SWT menjelaskan dalam QS. Az Zalzalah ayat : 6 yang artinya : “Pada
hri itu manusia keluar dari kuburnya daklam keadaan yang
bermacam-macam, supaya siperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka.”
Setelah dibangkitkan, seluruh manusia berbondong-bondong menuju Padang
Mahsyar. Mereka semua berjalan, orang-orang saleh berjalan dengan
menggunakan kakinya, namun orang-orang yang ingkar (kafir) akan berjalan
dengan kepalanya (mukanya). Orang-orang yang senantiasa berwudlu
tamapak putih bersih dan bersinar wajahnya.
Rasulullah SAW bersabda : “Diriwayatkan
dari Anas bin Malik r.a katanya : seorang lelaki bertanya : Wahai
Rasulullah bagaiman orang kafir dibangkitkan di atas muka mereka pada
hari kiamat? Rasulullah SAW menjawab : Bukankah Allah SWT yang
menjadikannya berjalan dengan dua kakinya semasa di dunia. Jadi,
sudah tentu Dia mampu menjadikan mereka berjalan dengan menggunakan
muka pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
Yaumul Mahsyar
Yaumul
Mahsyar adalah hari dikumpulkannya manusia sejak Nabi Adam a.s sampai
manusia di akhir zaman. Mahsyar adalah tempat yang sangat luas, yaitu
tempat berkumpulnya semua manusia untuk menerima keputusan dari Allah
SWT setelah dihitung semua amal mereka semasa hidup di dunia. Allah SWT
berfirman: “Dan kami kumpulkan mereka, maka kami tidak meninggalkan
mereka seorang pun”. (QS. Al Kahfi : 47)
Di
Padang Mahsyar inilah manusia mengalami masa yang sangat sulit dan
susah, tidak ada yang dapat menolong keculai hanya pertolongan dari
Allah bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Padang Mahsyar merupakan
tempat penantian yang penuh harapan akan pertolongan Allah.
Gambaran mengenai Padang Mahsyar dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam
haditsnya : “Diriwayatkan
dari Sahl bin Saad r.a katanya : Rasulullah SAW bersabda : Pada hari
kiamat manusia akan dikumpulkan ditanah putih bersih seperti roti yang
lembut, tidak apa-apa untuk seseorang itu berlindung”. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Di
Padang Mahsyar inilah Allah SWT akan mengadili seluruh manusia tanpa
kecuali dengan seadil-adilnya, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya
: “Dqan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya
(keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan
masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi
keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.”(QS.
Az Zumar : 69).
4. Yaumul
Mizan atau Yaumul Hisab
Mizan
artinya timbangan, dan hisab artinya perhitungan. Jadi, Yaumul Mizan
adalah saat ditimbangnya seluruh amal baik dan buruk manusia untuk
menerima keadilan dan balasannya masing-masing. Yumul Mizan ini juga
disebut Yaumul Hisab, maksudnya hari saat diperhitungkannya seluruh amal
manusia, baik amal yang baik maupun amal yang amal yang buruk akan
mendapatkan balasannya masing-masing atas keadilan dari Allah SWT.
Firman Allah SWT. yang artinya : “Kami akan memasang timbangan yang
tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit
pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami
mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat
perhitungan.”(Q.S. Al-Anbiya: 47)
Allah juga berfirman dalam QS. Al Qari’ah 6 – 11 yang
artinya : “Dan
adapun orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan
(kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan
tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas.”
Pada
perhitungan ini, yang akan dihitung pertama kali adalah salat fardu,
bila seseorang rajin dan tidak pernah meninggalkannya, bahkan
menambahnya dengan salat-salat sunah, maka akan merasa bahagia dan
senang saat perhitungan amal tersebut.
Rasulullah SAW bersabda : “Rasulullah
SAW bersabda : Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali
dihisab pada hari kiamat dari semua amalnya adalah salatnya, jika
salatnya baik maka dia merasa senang dan beruntung dan bila salatnya
jelek maka dia akan bersedih dan merasa rugi. Jika terdapat sedikit
kekurangan dalam salat fardunya maka Allah SWT berkata pada malaikat :
lihatlah salat sunah dari hamba-Ku ini, maka salat sunahnya itu akan
menyempurnakan salat fardunya.”(HR Tirmizi)
E. Balasan Amal Baik dan Amal Buruk
Semua
amal manusia akan dihitung Allah SWT tanpa kecuali. Amal sekecil apapun
akan diberikan balasannya. Firman Allah SWT. QS. Zalzalah ayat 7 – 8 :
“ Barang siapa yang mengerjakan seberat zarah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.”
1. Balasan amal baik
Berbahagialah
bagi yang beriman kepada Allah SWT serta banyak beramal saleh, karena
mereka akan memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera, dan penuh
kenikmatan di surga.
Allah SWT berfirman “ Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada
dalam kehidupan yang memuaskan. (QS. Al Qari’ah ayat 6 – 7)
Dalam ayat yang lain : “
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya didalam surga mereka
kekal didalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika tuhanmu
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tidak putus-putusnya.”
(QS. Hud : 108)
2. Pembalasan amal buruk
Bagi
orang-orang yang selam hidup di dunia banyak melakukan amal yang buruk
(dosa), yaitu melanggar peraturan Allah SWT dan rasul-Nya siberi balasan
siksaan yang sangat pedih di neraka.
Firman Allah SWT :
“ Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukan kamu apakah neraka
Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas. (QS. Al Qari’ah : 8 - 11)
Dalam ayat yang lain : “Dalam
(siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan
dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. (QS. Al Waqiah :
42 – 44)
Dalam
pemahaman ini mestilah kita nberhati-hati dalam menjalani kehidupan
ini. Kita harus menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar
peraturan Allah. Kita harus senantiasa
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya.
F. Fungsi Beriman kepada hari Akhir
Adapun fungsi beriman kepada hari akhir antara lain :
1.
Menjadirajin beribadah kepada Allah SWT.
2.
Bekal
utama untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT adalah beribadah.
Beribadah dapat dilakukan dalam berbagai hal, bukan hanya rukun islam
yang lima. Misalnya belajar dengan giat, menolong orang yang kesusahan
dan lain-lain.
3.
Senantiasa meminta ampun kepada Allah
SWT.
4.
Allah
adalah Maha Pengampun, yang akan mengampuni segala dosa-dosa hambanya
yang mau bertobat kepada-Nya. Sebelum hari kiamat datang, segala tobat
makan diterima oleh Allah SWT dan akan diampuni dosa-dosa yang telah ia
perbuat.
5.
Senantiasa senang berperilaku baik dan
menghindari perbuatan buruk.
6.
Dengan
mengimani hari akhir, manusia akan senantiasa menjaga perilakunya, ia
menyadari bahwa seluruh amal perbuatan manusia akan diperhitungkan,
walau sekecil apapun akan mendapatkan balasannya. Kebaikan
akan mendapatkan pahal dan keburukan akan mendapatkan siksa.
7.
Memperoleh ketenangan dan ketentraman.
Orang
yang beriman kepada hari akhir akan senantiasa dalam ketenangan dan
ketentraman, dengan is menjadikan hidupnya untuk sensntiasa taat kepda
Allah, ia akan punya harapan mendapatkan pertolongan AllahSWT
Kehidupan Dunia Hanya Sementara
Kehidupan
dunia ini hanyalah sementara atau bersifat fana, tidak ada keabadian.
Coba kita renungkan tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitar
kita, misalkan kita melihat tetangga kita beberapa tahun yang lalu, dia
seorang yang kaya, cantik, berkedudukan dan lainnya tetapi setelah
beberapa tahun kemudian, dia sudah miskin, keriput, sakit-sakitan atau
bahkan mati. Itulah kehidupan dunia, tidak ada keabadian. Allah
menggambarkan tentang kehidupan dunia sebagai berikut:
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan di dunia ini hanyalah permainandan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu dan
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning dan kemudian menjadi hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampuna dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.”(QS. Al Hadid : 20)
Berdasarkan
ayat tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa dunia ini hanyalah
sebuah permainan yang membuat manusia lalai., karenanya manusia tidak
boleh sombong terhadap apa yang dimilikinya dan merasa cukup atas
kebaikan yang dilakukannya. Sebab apa yang saat di dunia dianggap baik
oleh manusia ternyata masih lebih buruk daripada apa yang ada di
akhirat.
Kehidupan Hari Akhir
Tidak
seorangpun manusia yang mengetahui kapan terjadinya kiamat dan seperti
apa kejadiannya, kecuali Allah SWT. Tetapi Allah telah menggambarkan
kejadian hari kiamat kubra dalam AL-Qr’an sebagai berikut:
1.
Ditiupnya sasangkala yang pertama oleh malaikat israfil. Semua makhluk
Allah SWT mati kecuali yang dikehendakinya. Firman Allah dalam QS. Az
Zumar : 68 yang artinya : “Dan ditiuplah sasangkal, maka matilah
siapa yang di langit dan di bumi kecuapli siapa yang dikehendaki Allah.
Kemudian ditiup sasangkala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka
berdiri menunggu (putusannya masing-masing).”
2.
Langit menjadi terpecah-pecah, matahari digulung, bintang-bintang
berjatuhan, lautan meluap dan menjadi panas, gunung-gunung seperti
bulu-bulu yang dihambur-hamburkan, dan manusia seperti anai-anai yang
beterbangan. Firman Allah SWT: yang artinya: “langit (pun)
menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. Adalah janjinya itu
pasti terlaksana.”(Muzamil : 18)
Rasulullah SAW bersabda : “Diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar ra. Katanya : Rasulullah SAW bersabda : Bahwa
pada hari kiamat Allah SWT melipat langit kemudian menggenggamnya dengan
tangan kanan lalu nerfirman : Akulah Raja! Di manakah orang yang gagah
perkasa? Dimanakah orang yang menyombongkan diri? Kemudian Allah SWT
melipat dengan tangan kiri-Nya lalu berfirman : Akulah Raja! Di manakah
orang yang gagah perkasa? Dimanakah orang yang menyombongkan diri?” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dalam kehidupan hari akhir manusia akan mengalami proses kehidupan
sebagai berikut :
1. Alam
Barzakh, yaitu alam setelah manusia dimatikan oleh Allah.
2. Yaumul
Ba’ats (Hari Kebangkitan), yakni hari dibangkitkannya manusia dari
kubur.
3. Yaumul
Mahsyar, yakni hari dimana semua manusia sejak zaman Nabi Adam a.s
sampai zaman Nabi Muhammad SAW dikumpulkan ditanah lapang yang sangat
luas.
4. Yaumul
Hisab dan Mizan, yakni hari dihitung dan ditimbangnya amal manusia
dengan sangat teliti untuk mendapatkan balasan yang sesuai.
5. Sirathal
Mustaqim, yakni setelah amal manusia ditimbang, manusia akan melewati
sebuah titian yang membentang diantara kedua tepi neraka. Orang yang
beriman akan dengan mudah melewatinya, sedangakan orang-orang kafir
tidak akan mampu melewati titian tersebut dan akan jatuh ke neraka.
6.
Surga
dan Neraka, yakni tempat pembalasan amal mausia. Manusia yang beriman
dan beramal saleh akan menempati surga yang penuh kenikmatan, sedangkan
manusia yang kafir akan bertempat di neraka.
Pengertian Iman kepada Hari Akhir
Iman
kepada hari akhir adalah mempercayai dan meyakini akan adanya kehidupan
yang kekal dan abadi setelah kehidupan dunia ini. Bagi orang islam
wajib mengimani dan meyakini bahwa suatu ketika nanti dunia yang kita
huni beserta isinya ini akan hancur lebur, yang dikenal dengan hari
kiamat. Setelah itu manusia akan di bangkitkan lagi dari alam kuburnya
untuk menerima kebenaran yang sesungguhnya, yakni manusia akan
mempertanggungjawabkan semua yangf diperbuat selama hidup dunia. Bukti
seseorang beriman kepada hari akhir adalah ia mau mempersiapkan diri
untuk menyambut hari itu, yakni dengan banyak beramal saleh, contohnya
salat lima waktu, infaq, belajar dengan giat, dan lain-lain.
Datangnya
hari kiamat tidak ada orang yang tahukapan waktunya, datangnya hari
kiamat merupakan rahasia Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam QS.
Thaha ayat 15 yang artinya: “Sesungguhnya hari kiamat itu akan
datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu
dibalas dengan apa yang diusahakan”.(QS. Thaha : 15)
Firman yang lainnya : “Dan
sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tidak ada keraguan
padanya, dan bahwasannya Allah membangkitkan semua yang ada dalam
kubur”.(QS. Al-Hajj : 7)
Kejadian tersebut secara jelas digambarkan dalam
Al-Qur’an Surah Az Zalzalah ayat 1-5, yang artinya: “Apabila
bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia
bertanya:”Mengapa bumi (jadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan
beritnya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang
sedemikian itu) kepadanya.”
Hari akhir menurut kalimatnya dipahami menjadi dua,
yaitu:
1.
Hari akhir berarti hari yang paling akhir
dalam hidup dan kehidupan makhluk di dunia ini, yang dikenal dengan
hari kiamat.
2.
Hari
akhir berarti hari kebangkitan atau hari akhirat, yaitu terjadinya
kehidupan alam akhirat dengan rangkaian peristiwa di dalamnya.
Hari kiamat juga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Kiamat Sughra (kiamat kecil), yaitu
kerusakan atau kematian yang dialami oleh sebagian kecil umat manusia
yang ada di dunia. Misalnya
kematian yang dialami seseorang karena kecelakaan, sakit, bencana
alam. Banjir, tsunami, gunung meletus, dan lain-lain.
2.
Kiamat
kubro (kiamat besar), yaitu kematian dan kehancuran seluruh alam
semesta ini tanpa kecuali. Setelah kejadian ini maka kehidupan di dunia
akan berganti dengan kehidupan di akhirat.
Bukti bahwa hari kiamat itu akan datang
1. Bukti secara dalil aqli (dengan akal)
Semua yang diciptakan Allah SWT itu pasti ada batas
akhir, yaitu mengalami kehancuran/kerusakan.
2. Bukti secara dalil naqli (dari Al-Qur’an dan Al
Hadits)
A. Surat
Al Haqqah ayat 14 yang artinya: “dan diangkatlah bumi dan
gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.
B. Surat
Muhammad ayat 18 yang artinya: “Maka
tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu)
kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah
datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadataran
mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?”
C. Surat
Al Zalzalah ayat 1-5 yang artinya: “Apabila
bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah
mngeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia
bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan
beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang
sedemikian itu) kepadanya.”
Masih
banyak lagi ayat-ayat yang menggambarkan kejadian hari kiamat. Hal ini
merupakan peringatan dari Allah SWT kepada kita agar semakin mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar